Kamis, 24 April 2014

[Indonesian] [Letter] For You

                                                                                                            Surabaya, xx-xx-2014





Kepada yang terhormat,
Kepala Negara Republik Indonesia.



          Jangan berhenti membaca surat ini.

          Apa kabar, wahai pemimpin kami? Sudahkah nyaman di istana? Kami tetap di sini, masih seperti dulu, baik-baik saja. Terpencar, biasa lah, anda lebih tahu dari kami.

         Begini, soal menyerah itu sepertinya enggak jadi saja— tunggu, tunggu. Memang kami tetap percaya pada harapan, dan mungkin putusan kami ini telah mencap ‘munafik’ di masing-masing dahi kami. Haha.
       
       Tapi siapa yang bukan? Anda pun— ups, anda pasti mengerti situasi kami kan? Dengan pemimpin seperti anda dan rakyat seperti mereka… suara kami, pena kami, tidur kami, lapar kami, ibadah kami. Bergeliat di cengkraman raksasa demi kaum primitif yang hidup di gua-nya masing-masing. Mereka yang mengejar hidup dengan menaiki mobil balap sementara hidup berlalu meninggalkan mereka dengan pesawat jet. “Sumpal kuping, pejamkan mata, disini kami damai” Lihat kan, bagaimana orang-orang itu berhasil membuat kami membenci darah kami sendiri?

Haruskah tetap di jalur ini? Kami bertanya-tanya. Berapa rudal mesti dilancarkan pihak musuh agar para manusia gua lari dari zona nyaman? Larasnya sudah merenggut nyawa di belahan lain pertiwi, namun mau bagaimana lagi, gua-gua itu tidak ada jendelanya. Primitif, kami tahu. Kemudian jawaban teruntai dari langit. Begitu memalukan, kenapa sih kita masih bertanya-tanya. Jawabannya sungguh mudah. Betapa klise, “Sebab kalau tidak siapa lagi?” bukan anda pastinya. Bagaimanapun, mereka masih saudara-saudari sedarah sebangsa setanah air kami.

Rusaknya generasi anda kan jadi contoh bagi kami. Dari tragedi mengenaskan hingga insiden memalukan. Dari ruang rapat parlemen yang sepi hingga jalan-jalan penuh darah. Segenap kami menghaturkan terima kasih pada kalian. Inspirasi ini niscaya setajam panah tembus langit, saji pancaran cahaya ke seluruh nusantara. Coretan dan ketikan kami adalah senjata, artileri kelas berat hanya untuk penguasa yang zalim.  

Cukuplah. Anda mengerti bukan? Kami takkan melepasnya. Kami yakin anda bukan tipe orang yang mau bersujud demi kepentingan asing, kami yakin. Maka sudahlah. Penuhi saja sedikit dari janji-janji itu, lalu ingkari sisanya, entahlah, kami tak peduli. Orang-orang sebelum anda telah menjadikan itu sebagai hobi, jadi kami sungguh-sungguh tidak keberatan.

Sebaran kami banyak, lintas laut dan generasi. Singkirkan saudara kami, maka siapkan payung anda.

Karena kami akan turun menerjang, keras.

Wasalam.

Jangan berhenti membaca surat ini.



                                                                                                                   
Bisu dan Terpaku,
                                                                                     

    Rakyatmu.